widgets

Sabtu, 08 Februari 2014

Cerpen-Cerpen Menarik

Hai teman-teman..
Udah lama gak ngepost di blog nih..Hmm,kali ini aku cuma mau ngepost cerpen-cerpen yang menurutku ceritanya sangat menarik meskipun sudah biasa kita dengar.
Okey ini dia..


Cinderella
Di sebuah kerajaan, hiduplah seorang anak perempuan bersama ibu tiri dan kedua kakak tirinya. Anak perempuan ini sangat cantik dan baik hati. Sedangkan ibu dan kedua kakak tirinya sangatlah jahat. Mereka mempekerjakan anak perempuan ini di rumahnya sendiri. Setiap hari anak perempuan ini harus mengerjakan seluruh pekerjaan rumah. Ibu tirinya selalu membentaknya. Sementara kedua kakak tirinya selalu mengoloknya dan memanggilnya Cinderella yang artinya gadis kotor dan penuh debu. Menurut kedua kakak tirinya, itu adalah nama yang cocok untuk anak perempuan ini.
Pada suatu hari datanglah pengawal kerajaan yang menyebarkan surat undangan pesta dari istana. Kedua kakak tiri Cinderella sangat senang, “Asyik… kita akan pergi dan berdandan secantik-cantiknya. Kalau Pangeran memilihku untuk menjadi ratunya, ibu pasti akan gembira.”. Ibu tiri Cinderella juga sangat senang dan berkata pada kedua putrinya, “Kalian harus berdandan secantik- cantiknya. Kalian harus menarik perhatian Pangeran agar jatuh cinta pada kalian.”.
Hari yang dinanti tiba. kedua kakak tiri Cinderella mulai berdandan dengan gembira. Mereka memulaskan pemerah pipi dan bibir di mana- mana. Mereka mengenakan gaun indah yang sudah dipersiapkan sebelumnya, mematut- matut diri di depan cermin, berputar- putar dan tertawa- tawa gembira. Ibu mereka pun tidak mau kalah. Dia turut membenahi pakaian mereka yang masih kurang, menambahkan perona wajah di pipi kedua anaknya, berharap Pangeran akan memilih salah satu anaknya.
Cinderella melihat mereka berdandan dan merasa sangat sedih. Dia ingin ikut mereka berpesta, tetapi ibu dan kedua kakak tirinya tidak mengijinkannya ikut ke pesta. “Baju pun kau tak punya, apa mau pergi ke pesta dengan baju sepert itu?”, kata kakak Cinderella.
Setelah semua berangkat ke pesta, Cinderella kembali ke kamarnya. Ia menangis sekeras-kerasnya karena hatinya sangat kesal. “Aku tidak bisa pergi ke istana dengan baju kotor seperti ini, tapi aku ingin pergi”. Cinderella menangis meratapi nasibnya. Dia menangis dan teringat pada ayahnya, “Andai saja Ayah masih ada, pasti aku akan dibelikannya gaun indah untuk pergi ke istana”.
Tiba- tiba muncullah seorang peri di depan Cinderella. “Cinderella, berhentilah menangis. Kau anak yang baik, Cinderella. Tidak seharusnya kau bersedih dan menangis. Tersenyumlah. Wajahmu akan bertambah cantik saat kau tersenyum,” kata peri tambun berbaju biru itu. Cinderella masih terisak sambil bersimpuh di lantai, “Bagaimana aku bisa tersenyum, duhai Peri. Aku ingin datang ke pesta bersama kakak- kakakku, tapi mereka tidak mengijinkanku datang ke pesta karena aku tidak memiliki baju yang pantas”. Peri tersenyum dengan sangat ramah, “Cinderella, bawalah empat ekor tikus dan dua ekor kadal”. Cinderella merasa bingung dengan permintaan peri, tetapi dia tetap melakukannya. Cinderella mengumpulkan tikus- tikus dan kadal- kadal di rumahnya.
Setelah semuanya dikumpulkan Cinderella, peri membawa tikus dan kadal tersebut ke kebun labu di halaman belakang. “Sim salabim!” peri berteriak sambil menebar sihir dari tongkat ajaibnya. Terjadilah suatu keajaiban. Tikus-tikus berubah menjadi empat ekor kuda, serta kadal-kadal berubah menjadi dua orang sais. Sebuah labu besar di kebun, berubah bentuk menjadi kereta berwarna emas. Yang terakhir, Cinderella berubah menjadi putri yang cantik, dengan memakai gaun yang sangat indah dan sepasang sepatu kaca.
Karena gembiranya, Cinderella mulai menari berputar-putar dengan sepatu kacanya seperti kupu-kupu. Peri berkata, ”Cinderella, pengaruh sihir ini akan lenyap setelah lonceng pukul dua belas malam berhenti. Karena itu, pulanglah sebelum lewat tengah malam”. “Iya Peri. Aku akan pulang sebelum pukul dua belas malam. Terima kasih, Peri,” jawab Cinderella. Kereta kuda emas segera berangkat membawa Cinderella menuju istana.
Setelah tiba di istana, Cinderella langsung masuk ke aula istana. Begitu masuk, pandangan semua yang hadir tertuju pada Cinderella. Mereka sangat kagum dengan kecantikan Cinderella. “Cantiknya Putri itu. Putri dari negara mana ya?” gumam para hadirin. Akhirnya sang Pangeran datang menghampiri Cinderella. “Putri yang cantik, maukah Putri menari dengan saya?” pinta Pangeran sembari mencium tangan Cinderella. “Baiklah, Pangeran,” jawab Cinderella sambil mengangguk. Mereka berdua menari, berdansa berputar- putar dalam alunan musik, di bawah pandangan mata seluruh tamu yang hadir. Ibu dan kedua kakak Cinderella yang berada di situ merasa iri pada putri cantik tersebut dan mereka tidak menyangka kalau putri yang cantik itu adalah Cinderella.
Pangeran terus berdansa dengan Cinderella. “Selama ini, saya mengidamkan wanita seperti Putri,” kata sang Pangeran. Karena bahagianya, Cinderella lupa akan waktu. Jam mulai berdentang 12 kali. Cinderella sangat terkejut, “Maaf Pangeran, saya harus segera pulang”. Cinderella menarik tangannya dari genggaman pangeran dan segera berlari ke luar istana. Di tengah jalan, sepatunya terlepas sebelah, tapi Cinderella tidak memperdulikannya, ia terus berlari. Pangeran mengejar Cinderella, tetapi ia kehilangan jejak Cinderella. Di tengah anak tangga, ada sebuah sepatu kaca kepunyaan Cinderella. Pangeran mengambil sepatu itu. “Aku akan mencarimu,” katanya bertekad dalam hati. Meskipun Cinderella kembali menjadi gadis yang penuh debu, ia amat bahagia karena bisa pergi ke pesta istana.
Esok harinya, para pengawal yang dikirim Pangeran datang ke rumah-rumah yang memiliki anak gadis. Seluruh rumah di seluruh pelosok negeri didatangi untuk mencocokkan sepatu kaca dengan kaki mereka, tetapi tidak ada yang cocok. Sampai akhirnya para pengawal tiba di rumah Cinderella. “Kami mencari gadis yang kakinya cocok dengan sepatu kaca ini,” kata para pengawal. Kedua kakak Cinderella mencoba sepatu tersebut. Kakak pertama mencoba sepatu tersebut, tetapi kakinya terlalu besar. Dia memaksakan kakinya masuk dan sangat gembira saat kakinya dapat masuk ke sepatu kaca. Tetapi, saat kakak pertama berjalan, dia merintih kesakitan karena kakinya yang terlalu besar dipaksakan untuk masuk ke sepatu kaca mungil itu. Kakinya pun lecet di mana- mana. Lalu kakak pertama melepas sepatu kaca dan menyuruh adiknya mencoba. Kaki adiknya pun terlalu besar untuk sepatu kaca tersebut. Dia pun menyerah mencoba karena kesakitan.
Pada saat itu, pengawal melihat Cinderella, “Hai kamu, cobalah sepatu ini!” katanya. Ibu tiri Cinderella menjadi marah, ”Tidak akan cocok dengan anak ini!” tetapi pengawal tetap menyuruh Cinderella mencoba sepatu tersebut. Kemudian Cinderella menjulurkan kakinya. Ternyata sepatu tersebut sangat cocok. Sangat pas dan tampak manis di kaki Cinderella. “Ah! Andalah Putri itu,” seru pengawal gembira. Ibu dan kedua kakak tiri Cinderella sangat marah dan iri pada Cinderella, tetapi mereka tidak bisa berbuat apa- apa.
“Cinderella, selamat,” Cinderella menoleh ke belakang dan peri sudah berdiri di belakangnya. “Mulai sekarang hiduplah berbahagia dengan Pangeran. Sim salabim!” katanya. Begitu peri membaca mantranya, Cinderella berubah menjadi seorang putri yang memakai gaun pengantin. “Pengaruh sihir ini tidak akan hilang walau jam berdentang dua belas kali,” kata sang peri. Cinderella diantar oleh tikus-tikus dan burung yang selama ini menjadi temannya. Sesampainya di Istana, Pangeran menyambutnya sambil tersenyum bahagia. Akhirnya Cinderella menikah dengan Pangeran.

Cerita Klasik Jepang

Putri Hase-himei

Saat Festival Bunga Sakura, ada pesta besar di Istana. Kaisar terhanyut menikmati keindahan musim semi, dan memerintahkan Putri Hase harus memainkan koto, ditemani ibunya Putri Terute bermain suling. Kaisar duduk di atas mimbar tinggi, didepannya tergantung tirai-iris bambu halus dan berwarna merah jambu, sehingga Yang Mulia bisa melihat semua dan tidak bisa dilihat, karena tidak ada apapun yang boleh memandang wajah sucinya.
Hase-Hime adalah musisi yang terampil meskipun masih muda, dan gurunya sering terpesona atas  kemahiran dan bakatnya. Pada perayaan ini ia bermain dengan sangat baik. Tapi Putri Terute, ibu tirinya, seorang wanita malas dan tidak mau melakukan latihan setiap hari, menangis dan harus meminta salah satu pelayan istana untuk menggantinya. Ini adalah aib besar, dan ia sangat iri hati karena telah gagal di mana langkah-putrinya berhasil, dan yang lebih buruk lagi Kaisar mengirim banyak hadiah yang indah untuk Putri kecil sebagai imbalan telah bermain dengan baik di Istana. Sekarang ada alasan lain mengapa Putri Terute membenci keberhasilan putrinya, karena ia telah memiliki seorang anak yang lahir dari rahimnya, dan dalam hati dia terus berkata:
“Kalau saja Hase-Hime tidak ada di sini, anakku akan memiliki semua cinta ayahnya.” 

Dan tak pernah belajar untuk mengendalikan diri, ia membiarkan pikiran jahat ini tumbuh menjadi keinginan yang mengerikan untuk menyingkirkan kehidupan putrinya.
Jadi suatu hari dia diam-diam memesan racun dan memasukkan ke anggur manis. Anggur beracun ini ia dimasukkan ke dalam sebuah botol. Ke dalam botol lain ia menuangkan anggur yang baik. Ini adalah Festival kelima dari Mei, Hase-Hime sedang bermain dengan adik laki-lakinya. Semua senjata prajurit dan pahlawan yang tersebar  dia ceritakan kepadanya, cerita indah tentang masing-masing dari mereka. Mereka berdua bersenang-senang dan tertawa riang bersama pelayan ketika ibunya masuk dengan dua botol anggur dan beberapa kue lezat. 

”Kalian berdua sangat baik dan bahagia.” kata Putri Terute sambil tersenyum, “Ibu membawakan anggur manis sebagai hadiah-dan kue enak untuk anak-anak yang baik.” 

Selanjutnya dia mengisi dua cangkir dari botol yang berbeda.
Hase-Hime, tidak pernah membayangkan kelakuan kejam ibu tirinya yang sedang berakting. Wanita jahat dengan hati-hati menandai botol beracun, masuk ke ruangan dengan sangat gugup, dan buru-buru menuangkan anggur secara tidak sadar menuangkan ke cangkir untuk meracuni anaknya sendiri.  Ia heran tidak ada perubahan apa pun yang terjadi di wajah putri kecil setelah meminum anggur di cangkir.
Tiba-tiba anak lelakinya menjerit dan terjerembab di lantai, terbungkuk kesakitan. Ibunya menghampiri, mengambil tindakan pencegahan membalikkan dua botol anggur kecil yang dia bawa ke lantai ruangan memangku anaknya. Pelayan bergegas mencari dokter, tetapi tidak ada yang bisa menyelamatkan anak itu, akhirnya dia meninggal dalam waktu satu jam dalam pelukan ibunya. Dokter jaman kuno tidak tahu banyak, mengira bahwa anggur tidak cocok dengan anak laki-laki, menyebabkan kejang-kejang dan meninggal.
Dengan demikian wanita jahat dihukum telah kehilangan anaknya sendiri ketika ia mencoba meracuni anak tirinya; tapi bukannya menyalahkan dirinya sendiri, dia mulai membenci Hase-Hime lebih dari sebelumnya dalam kepahitan dan kemalangan hatinya sendiri, dan penuh semangat saat melihat kesempatan untuk mencelakakan dalm waktu lama. Ketika Hase-Hime berusia tiga belas tahun, dia sudah menjadi penyair wanita dan memperoleh beberapa tanda jasa.
Saat musim hujan di Nara, banjir setiap hari dilaporkan telah merusak lingkungan. Sungai Tatsuta, yang mengalir melalui tanah Istana Kekaisaran, tepian sungai tertutup, gemuruh air yang deras mengalir sepanjang dasar yang sempit mengganggu istirahat Kaisar siang dan malam, menyebabkan gangguan saraf yang serius. Kekaisaran mengirimkan Maklumat  kepada semua kuil Buddha agar para Bhikksu mempersembahkan doa-doa terus-menerus untuk menghentikan suara banjir. Tapi ini tidak berguna. Beredar kabar dilingkungan  istana bahwa Putri Hase, putri Pangeran Toyonari Fujiwara, menteri kedua di istana, adalah penyair wanita yang paling berbakat, meskipun masih sangat muda, kemampuannya sangat diandalkan
Jaman dahulu, seorang gadis cantik dan penyair wanita- berbakat menggerakkan Surga dengan berdoa dalam puisi, telah membawa turun hujan di tanah kekeringan dan kelaparan, demikian dikatakan penulis biografi kuno dari penyair wanita Ono-no-Komachi. Jika Putri Hase menulis puisi dan membawakannya dalam doa, mungkin hal itu dapat menghentikan suara sungai yang menderu dan menghilangkan penyebab penyakit Kaisar.
Apa kata pejabat akhirnya sampai ke telinga Kaisar, dan mengirimkan perintah kepada menteri Pangeran Toyonari.

Ketakutan Hase-Hime sangat besar dan kaget ketika ayahnya menemuinya dan menceritakan apa yang dibutuhkan dari dia. Tugas berat yang diletakkan di bahu mudanya-menyelamatkan kehidupan Kaisar oleh ayat puisinya.
Pada hari terakhir puisinya telah selesai. Puisi ditulis di atas kertas tebal berwarna dan ditulis dengan tinta emas. Bersama ayah, pembantu dan beberapa pejabat istana, dia berjalan ke tepi sungai dan mempersembahkan hatinya untuk Surga, ia membaca puisi yang telah disusun, mempersembahkan di kedua tangannya. Keanehan terjadi, tampak semua hening. Air berhenti mederu, dan sungai menjadi tenang langsung menjawab doanya. Kaisar segera pulih kesehatannya. Yang Mulia sangat senang, memberi dia Istana dan dianugrahi pangkat wanita Chinjo-yaitu Letnan Jenderal.
Sejak saat itu ia dipanggil Chinjo-Hime, atau Letnan Jenderal Putri, dihormati dan dicintai oleh semua. Hanya ada satu orang yang tidak senang sukses Hase-Hime yaitu ibu tirinya. Terus menerus menyesal atas kematian anaknya sendiri yang telah tewas ketika mencoba meracuni putri tirinya, ia sangat tersiksa melihat putri tirinya memperoleh kekuasaan dan kehormatan, dengan kebaikan Kaisar dan kekaguman dari seluruh istana. Iri dan cemburu membakar di dalam hatinya seperti api. Banyak dusta disampaikan ke suaminya tentang Hase-Hime, tapi semua tidak mempan. Suaminya mendengarkan ceritanya, mengatakan dengan jelas bahwa dia sangat keliru

Putri Salju dan

Tujuh Kurcaci (Snow White)


Di suatu pertengahan musim dingin, ketika salju berjatuhan dari langit seperti bulu, seorang ratu duduk menjahit di dekat jendela. Rangka kayu yang digunakan untuk membordir terbuat dari kayu ebony yang hitam pekat. Sambil membordir, sang Ratu menatap salju yang turun dan tanpa sengaja jarinya tertusuk oleh jarum sehingga tiga tetes darahnya jatuh membasahi salju. Saat ia melihat betapa terang warna merahnya, ia berkata kepada dirinya sendiri, "Saya berharap mempunyai anak yang putih seperti salju, merah seperti darah, dan hitam seperti kayu ebony!".
Tidak lama setelah itu, sang Ratu melahirkan seorang putri yang kulitnya putih seputih salju, bibirnya merah semerah darah, dan rambutnya hitam sehitam kayu ebony , dan diberinya nama Putri Salju. Saat sang Putri lahir, sang Ratu pun meninggal dunia.
Setelah setahun berlalu, sang Raja menikah kembali dengan seorang wanita yang sangat cantik, tetapi angkuh dan tidak senang apabila ada yang melebihi kecantikannya. Sang Ratu yang baru memiliki sebuah cermin ajaib, di mana sang Ratu sering berdiri memandang ke dalam cermin dan berkata:
"Cermin di dinding, Siapa yang tercantik diantara semua?"
Dan sang Cermin selalu menjawab, "Anda adalah yang tercantik dari semuanya".
Dan sang Ratu pun merasa puas, karena tahu bahwa Cermin ajaibnya tidak pernah berkata bohong.
Putri Salju sekarang tumbuh makin lama makin cantik, dan saat ia dewasa, kecantikannya jauh melebihi kecantikan sang Ratu sendiri. Sehingga suatu hari ketika sang Ratu bertanya kepada cerminnya:
"Cermin di dinding, Siapa yang tercantik diantara semua?"
Sang Cermin menjawab, "Ratu, anda cantik, tetapi Putri Salju lebih cantik dari anda."
Sang Ratu menjadi terkejut dan warna mukanya menjadi kuning lalu hijau oleh rasa cemburu, dan semenjak saat itu, ia berbalik membenci Putri Salju. Semakin lama, rasa cemburunya bertambah besar, hingga dia tidak memiliki kedamaian lagi. Ia lalu memerintahkan seorang pemburu untuk membinasakan Putri Salju.
"Bawalah Putri Salju ke suatu hutan, sehingga saya tidak akan pernah melihatnya lagi. Kamu harus membinasakannya dan membawa hatinya sebagai bukti kepadaku.
Sang pemburu setuju, membawa Putri Salju ke suatu hutan; akan tetapi saat ia menarik pedangnya, Putri Salju menangis, dan berkata:
"Wahai, pemburu, janganlah membunuhku, saya akan pergi dan masuk ke dalam hutan liar, dan tidak akan kembali lagi."
Pemburu yang menaruh rasa kasihan, berkata:
"Pergilah kalau begitu, putri yang malang;" karena sang Pemburu berpikir bahwa binatang liar di hutan akan memangsa Putri Salju, dan saat ia melepaskan Putri Salju, hatinya menjadi lebih ringan seolah-olah terbebas dari gencetan batu yang berat. Saat itu juga dilihatnya seekor babi hutan berlalu, dan sang Pemburu menangkap babi hutan tersebut lalu mengeluarkan hatinya untuk dibawa ke sang Ratu sebagai bukti.
Putri Salju yang sekarang berada dalam hutan liar, merasa ketakutan yang luar biasa dan tidak tahu harus mengambil tindakan apa saat ketakutan melanda. Kemudian dia mulai berlari, berlari di atas batu-batuan yang tajam dan berlari menembus semak-semak yang berduri, dan binatang liar pun mengerjarnya, tetapi tidak untuk menyakiti Putri Salju. Ia berlari selama kakinya mampu membawa ia pergi, dan saat malam hampir tiba, ia tiba di sebuah rumah kecil. Putri Salju pun masuk ke dalam untuk beristirahat. Segala sesuatu yang berada di dalam rumah, berukuran sangat kecil, tetapi indah dan bersih. Di rumah tersebut terdapat bangku dan meja yang di alas dengan taplak putih, dan di atasnya terdapat tujuh buah piring, pisau makan, garpu dan cangkir minum. Di dekat dinding, terlihat tujuh ranjang tidur kecil, saling bersebelahan, dan dilapisi dengan seprei putih juga. Putri Salju menjadi sangat lapar dan haus, makan dari tiap-tiap piring sedikit bubur dan roti, dan minum sedikit dari tiap-tiap cangkir, agar ia tidak menghabiskan satu piring saja. Akhirnya Putri Salju merasa lelah dan membaringkan dirinya di satu ranjang, tetapi ranjang tersebut ada yang terlalu pendek, ada yang terlalu panjang, untungnya, ranjang yang ke-tujuh sangat sesuai dengan tinggi badannya; dan ia pun tertidur di tempat tidur tersebut.
Saat malam tiba, pemilik rumah pulang ke rumah dan mereka adalah tujuh orang kurcaci yang pekerjaannya menggali terowongan bawah tanah di pegunungan. Saat mereka menyalakan tujuh lilin yang menerangi seluruh rumah, mereka sadar bahwa ada orang yang telah masuk ke dalam rumah tersebut karena beberapa hal telah berpindah tempat, tidak seperti saat mereka meninggalkan rumah.
Yang pertama berkata, "Siapa yang telah duduk di kursi kecilku?"
Yang kedua berkata, "Siapa yang telah makan dari piring kecilku?"
Yang ketiga berkata, "Siapa yang mengambil roti kecilku?"
Yang keempat berkata, "Siapa yang telah memakan buburku?"
Yang kelima berkata, "Siapa yang telah menggunakan garpuku?"
Yang keenam berkata, "Siapa yang telah memotong dengan pisauku?"
Yang ketujuh berkata, "Siapa yang telah minum dari cangkirku?"

Kemudian yang pertama, melihat ke sekeliling rumah dan melihat tanda-tanda bahwa kasurnya telah ditiduri, berteriak, "Siapa yang telah tidur di ranjangku?"
Dan saat yang lainnya juga datang, mereka berkata, "Seseorang juga telah tidur di tempat tidurku!"
Ketika kurcaci yang ketujuh melihat ranjangnya, dia melihat Putri Salju yang tertidur di sana, kemudian dia menyampaikan ke kurcaci lain, yang datang tergesa-gesa untuk melihat Putri Salju, dan dalam keterkejutan mereka, mereka masing-masing mengangkat lilinnya untuk melihat Putri Salju dengan lebih jelas.
"Ya Tuhan! kata mereka, "siapakah putri yang cantik ini?" dan karena mereka gembira melihat Putri Salju, mereka tidak tega untuk membangunkannya. Kurcaci yang ketujuh terpaksa tidur bergantian dengan teman-temannya, setiap satu jam, di tiap-tiap ranjang temannya sampai malam berlalu.
Menjelang pagi, ketika Putri Salju terbangun dan melihat ketujuh kurcaci, Putri Salju menjadi ketakutan, tetapi mereka terlihat bersahabat dan bahkan menanyakan namanya  dan bagaimana dia bisa tiba di rumah mereka. Putri Salju pun bercerita bagaimana ibunya berharap agar dia meninggal, bagaimana sang Pemburu membiarkannya hidup, bagaimana ia lari sepanjang hari, hingga tiba ke rumah mereka. 
Para kurcaci kemudian berkata, "Jika kamu mau membersihkan rumah, memasak, mencuci, merapihkan tempat tidur, menjahit, dan mengatur semuanya agar tetap rapih dan bersih, kamu bisa tinggal di sini, dan kamu tidak akan kekurangan apapun."
"Saya sangat setuju," katan Putri Salu, dan ia pun tinggal di rumah tersebut sambil mengatur rumah. Pada pagi hari para kurcaci ke gunung untuk menggali emas, pada malam hari saat mereka pulang, mereka telah disiapkan makan malam. Setiap Putri Salju ditinggal sendiri, para kurcaci sering memberi nasehat:
"Berhati-hatilah pada ibu tiri mu, dia akan tahu bahwa kamu ada di sini. Jangan biarkan seorangpun masuk ke dalam rumah."
Ratu yang telah melihat bukti kematian Putri Salju yang berupa hati, yang dibawa oleh pemburu, menjadi tenang, berdiri di depan cermin dan berkata:
"Cermin di dinding, Siapa yang tercantik diantara semua?"
Dan sang Cermin menjawab, "Ratu, walaupun kecantikanmu hampir tidak ada bandingannya, Putri Salju yang hidup di sebuah rumah kecil beserta tujuh orang kurcaci, seribu kali lebih cantik."
Ratu menjadi terkejut saat mendengarkannya, dan ia akhirnya tahu bahwa sang Pemburu telah menipunya, dan Putri Salju masih hidup. Ia pun berpikir keras untuk menghabisi Putri Salu, karena selama ia bukanlah wanita tercantik diantara semua, rasa cemburunya tidak akan bisa membuat ia bisa beristirahat dengan tenang. Akhirnya ia pun mendapatkan rencana, ia menyamarkan wajahnya dan memakai pakaian yang biasa dipakai oleh wanita tua agar tidak ada yang bisa mengenalinya. Dalam penyamarannya, ia melalui tujuh gunung hingga akhirnya tiba di rumah milik tujuh kurcaci. Ia pun mengetuk pintu dan berkata:
"Barang bagus untuk dijual! barang bagus untuk dijual!"
Putri Salju mengintip dari jendela dan menjawab:
"Selamat siang, apa yang anda jual?"
"Barang bagus," katanya, "Pita berbagai macam warna" dan dia kemudian menyerahkan sebuah pita yang terbuat dari sutera.
"Saya tidak perlu takut untuk membiarkan wanita tua ini masuk," pikir Putri Salju, lalu ia pun membuka pintu dan membeli pita yang indah.
"Betapa cantiknya kamu, anakku!" kata wanita tua, "kemarilah dan biarkan saya membantu kamu untuk memakaikan pita ini."
Putri Salju yang tidak curiga, berdiri di depannya dan membiarkan wanita tua itu memasangkan pita untuknya, tetapi wanita tua itu dengan cepat mencekik Putri Salju dengan pita hingga Putri Salju jatuh dan seolah-olah meninggal dunia.
"Sekarang saatnya kamu berhenti sebagai wanita tercantik," kata wanita tua sambil berlalu pergi.
Tidak lama setelah itu, menjelang malam, para kurcaci pulang ke rumah, dan mereka semua terkejut melihat Putri Salu terbaring di tanah, tidak bergerak; mereka mengangkatnya dan saat mereka melihat pita yang melilit leher Putri Salju, mereka memotongnya dan saat itu Putri Salju bernapas kembali. Saat kurcaci mendengar cerita dari Putri Salju, mereka berkata,
"Wanita tua yang menjadi penjual keliling, pastilah tidak lain dari ratu yang jahat, kamu harus berhati-hati saat kami tidak berada di sini!"
Ketika ratu yang jahat tiba di rumah dan bertanya kepada sang Cermin:
"Cermin di dinding, Siapa yang tercantik diantara semua?"
Jawabannya sama dengan sebelumnya, "Ratu, walaupun kecantikanmu hampir tidak ada bandingannya, Putri Salju yang hidup di sebuah rumah kecil beserta tujuh orang kurcaci, seribu kali lebih cantik."
Saat mendengar jawaban tersebut, ia menjadi terkejut karena tahu bahwa Putri Salju masih hidup.
"Sekarang, saya harus memikirkan cara lain untuk membinasakan Putri Salju." Dan dengan sihirnya, ia membuat sisir yang mengandung racun. Kemudian dia menyamar menjadi seorang perempuan tua yang lain. Lalu pergi menyeberangi tujuh gunung dan datang ke rumah tujuh kurcaci. Ia mengetuk pintu dan berkata,
"Barang bagus untuk dijual! barang bagus untuk dijual!"
Putri Salju melihat keluar dan berkata,
"Pergilah, Saya tidak akan membiarkan siapapun masuk."
"Tapi kamu tidak dilarang untuk melihat-lihat," kata si wanita tua sambil mengeluarkan sisir beracun dan memegangnya. Sisir tersebut sangat menggoda Putri Salju sehingga ia akhirnya membuka pintu dan membeli sisir itu, dan kemudian wanita tua itu berkata:
"Sekarang, rambutmu harus disisir dengan benar."
Putri Salju yang malang tidak berpikir akan adanya mara-bahaya, membiarkan wanita itu menyisir rambutnya, dan tidak lama kemudian, sisir pada racun mulai bekerja dan Putri Salju pun terjatuh tanpa daya.
"Ini adalah akhir bagimu," kata si wanita tua sambil berlalu. Untungnya hari sudah hampir malam dan para kurcaci pulang tidak lama setelah kejadian itu. Saat mereka melihat Putri Salju terbaring di tanah seperti telah meninggal, mereka langsung berpikir bahwa ini adalah perbuatan ibu tiri yang jahat. Secepatnya mereka menarik sisir yang masih melekat di rambut Putri Salju dan saat itupun Putri Salju terbangun, lalu menceritakan semua kejadian yang dialaminya. Para kurcaci memperingatkan ia untuk lebih berhati-hati lagi dan jangan pernah membiarkan orang masuk.
Saat ratu tiba di rumah, ia berdiri di depan cermin dan berkata,
"Cermin di dinding, Siapa yang tercantik diantara semua?"
Jawabannya sama dengan sebelumnya, "Ratu, walaupun kecantikanmu hampir tidak ada bandingannya, Putri Salju yang hidup di sebuah rumah kecil beserta tujuh orang kurcaci, seribu kali lebih cantik."
Ketika ratu mendengar ini, ia menjadi gemetar karena marah, "Putri Salju harus mati, walaupun saya juga harus mati!" Lalu ia masuk ke kamar rahasianya dan di sana ia membuat sebuah apel racun. Apel yang cantik dan menggiurkan, berwarna putih dan merah. Siapapun yang melihatnya pasti tergiur dan siapapun yang memakannya walaupun sedikit, akan mati keracunan. Saat apel itu telah siap, ia pun menyamar kembali dan berpakaian seperti wanita petani, lalu ia menyeberangi tujuh gunung di mana tujuh kurcaci tinggal. Dan ketika ia mengetuk pintu, Putri Salju melongokkan kepala melalui jendela dan berkata,
"Saya tidak berani membiarkan siapapun masuk, tujuh kurcaci sudah melarang saya."
"Baiklah," kata si wanita, "Saya hanya ingin memberikan sebuah apel ini kepadamu."
"Tidak," kata Putri Salju, "Saya tidak berani mengambil apapun."
"Apakah kamu takut akan racun?" tanya si wanita, "lihatlah, saya akan membelah apel ini menjadi dua bagian, kamu akan mendapatkan bagian yang berwarna merah, dan saya bagian yang putih."
Apel tersebut dibuat dengan cerdiknya, sehingga bagian yang beracun adalah bagian yang berwarna merah. Putri Salju menjadi tergiur akan kecantikan apel itu, dan ketika ia melihat si wanita petani memakan apel bagiannya, Putri Salju menjadi tidak tahan lagi, ia mengulurkan tangannya keluar dan mengambil bagian apel yang beracun. Tidak lama setelah ia memakan apel tersebut, ia pun terjatuh dan sepertinya meninggal. Sang Ratu jahat, tertawa keras dan berkata,
"Putih seperti salju, merah seperti darah, hitam seperti ebony! kali ini, kurcaci takkan dapat menghidupkan kamu kembali."
Lalu ia pun pulang dan bertanya kepada cerminnya,
"Cermin di dinding, Siapa yang tercantik diantara semua?"
Cermin menjawab, "Anda adalah yang tercantik dari semuanya".
Hati ratu yang tadinya penuh dengan kecemburuan, akhirnya menjadi tenang dan bahagia.
Para kurcaci, saat pulang di malam hari, menemukan Putri Salju terbaring di tanah, dan tak ada nafas lagi yang keluar dari hidungnya. Mereka mengangkatnya, mencari-cari racun yang membunuh Putri Salju, memotong pitanya, menyisir rambutnya, mencucinya dengan air dan anggur, tetapi semua sia-sia, putri malang itu telah meninggal. Mereka akhirnya menaruh Putri Salju dalam sebuah peti, dan mereka semua duduk mengelilinginya, menangisi kematiannya selama tiga hari penuh. Walaupun meninggal, Putri salju terlihat seolah-olah masih hidup dengan pipinya yang merona. Para kurcaci kemudian berkata,
"Kita tidak akan menguburnya di tanah yang gelap." Lalu merekapun membuat peti yang terbuat dari gelas yang bening sehingga mereka dapat melihat Putri Salju dari segala sisi. Putri Salju dibaringkan di peti tersebut, dan di peti itu ditulislah nama Putri Salju dengan tulisan emas, beserta kisah bahwa ia adalah putri seorang raja. Kemudian mereka meletakkan peti itu di atas gunung, dan salah satu dari mereka selalu tinggal untuk mengawasinya. Burung-burung pun datang berkunjung dan turut berduka, yang datang pertama adalah burung hantu, lalu burung gagak, lalu seekor burung merpati.
Untuk beberapa lama, Putri Salju terbaring di peti gelas itu dan tidak pernah berubah, terlihat seolah-olah tidur. Ia masih tetap seputih salju, semerah darah dan rambutnya sehitam ebony. Suatu ketika seorang pangeran lewat di hutan yang menuju ke rumah kurcaci. Saat ia melihat peti di puncak gunung beserta Putri Salju yang cantik di dalamnya, ia menjadi jatuh cinta, dan setelah ia membaca tulisan yang ada pada peti itu. Ia berkata kepada para kurcaci,
"Biarkan saya memiliki peti beserta Putri Salju ini, saya akan memberikan apapun yang kalian minta."
Tetapi kurcaci menolak dan mengatakan bahwa mereka tidak mau berpisah dengan Putri Salju walaupun dibayar dengan emas yang ada di seluruh dunia. Tetapi sang Pangeran berkata,
"Saya memintanya dengan amat sangat, karena saya tidak akan bisa hidup tanpa melihat Putri Salju; Jika kalian setuju, saya akan serta merta membawa kalian semua dan menganggap kalian seperti saudaraku sendiri."
Saat sang Pangeran berbicara dengan sungguh hati, para kurcaci menjadi iba dan memberikan sang Pangeran peti yang berisikan Putri Salju, dan sang Pangeran pun memanggil pelayan-pelayannya untuk mengangkat peti tersebut ke istana. Di perjalanan, seorang pelayan terantuk pada semak-semak sehingga peti yang diangkatnya menjadi terguncang dan sedikit miring. Saat itulah apel beracun yang ada pada kerongkongan Putri Salju, keluar dari mulutnya. Putri Salju membuka matanya dan membuka penutup peti, turun dan berdiri dalam keadaan sehat-walafiat.
"Oh, dimanakah saya berada?" tanyanya. Sang Pangeran secepatnya menjawab dengan hati riang, "Kamu aman di dekatku," dan menceritakan semua yang terjadi. Sang Pangeran lalu berkata lagi,
"Saya lebih memilih kamu dibandingkan dengan apapun yang ditawarkan oleh dunia; ikutlah bersama saya menuju istana ayahku dan jadilah pengantinku."
Putri Salju yang baik hati, ikut bersama pangeran dan direncanakanlah pesta perkawinan yang meriah untuk mereka berdua.
Ibu tiri Putri Salju juga ikut diundang menghadiri pesta dan saat berhias di cermin, ia pun bertanya pada cermin ajaibnya:
"Cermin di dinding, Siapa yang tercantik diantara semua?"
Cermin menjawab, "Ratu, walaupun kecantikanmu hampir tidak ada bandingannya, Pengantin yang baru ini seribu kali lebih cantik."
Sang Ratu menjadi marah dan mengutuk karena kecewa, ia hampir saja membatalkan kehadirannya di pesta pernikahan Putri Salju, tetapi rasa penasarannya membuat ia tetap pergi. Saat ia melihat pengantin wanita, ia menjadi terkejut karena pengantin wanita tersebut tidak lain adalah Putri Salju. Kemarahan serta ketakutan bercampur aduk menjadi satu dan saat itu juga, sang Ratu yang jahat tersedak karena marahnya, terjatuh dan meninggal, sedangkan Putri Salju dan pangeran, hidup bahagia selama-lamanya.

 

Cerita Rakyat

 Keong Mas

Raja Kertamarta adalah raja dari Kerajaan Daha. Raja mempunyai 2 orang putri, namanya Dewi Galuh dan Candra Kirana yang cantik dan baik. Candra kirana sudah ditunangkan oleh putra mahkota Kerajaan Kahuripan yaitu Raden Inu Kertapati yang baik dan bijaksana.
Tapi saudara kandung Candra Kirana yaitu Galuh Ajeng sangat iri pada Candra kirana, karena Galuh Ajeng menaruh hati pada Raden Inu kemudian Galuh Ajeng menemui nenek sihir untuk mengutuk candra kirana. Dia juga memfitnahnya sehingga candra kirana diusir dari Istana ketika candra kirana berjalan menyusuri pantai, nenek sihirpun muncul dan menyihirnya menjadi keong emas dan membuangnya kelaut. Tapi sihirnya akan hilang bila keong emas berjumpa dengan tunangannya.
Suatu hari seorang nenek sedang mencari ikan dengan jala, dan keong emas terangkut. Keong Emas dibawanya pulang dan ditaruh di tempayan. Besoknya nenek itu mencari ikan lagi dilaut tetapi tak seekorpun didapat. Tapi ketika ia sampai digubuknya ia kaget karena sudah tersedia masakan yang enak-enak. Sinenek bertanya-tanya siapa yang memgirim masakan ini.
Begitu pula hari-hari berikutnya sinenek menjalani kejadian serupa, keesokan paginya nenek pura-pura kelaut ia mengintip apa yang terjadi, ternyata keong emas berubah menjadi gadis cantik langsung memasak, kemudian nenek menegurnya ” siapa gerangan kamu putri yang cantik ? ” Aku adalah putri kerajaan Daha yang disihir menjadi keong emas oleh saudaraku karena ia iri kepadaku ” kata keong emas, kemudian candra kirana berubah kembali menjadi keong emas. Nenek itu tertegun melihatnya.
Sementara pangeran Inu Kertapati tak mau diam saja ketika tahu candra kirana menghilang. Iapun mencarinya dengan cara menyamar menjadi rakyat biasa. Nenek sihirpun akhirnya tahu dan mengubah dirinya menjadi gagak untuk mencelakakan Raden Inu Kertapati. Raden Inu Kertapati Kaget sekali melihat burung gagak yang bisa berbicara dan mengetahui tujuannya. Ia menganggap burung gagak itu sakti dan menurutinya padahal raden Inu diberikan arah yang salah. Diperjalanan Raden Inu bertemu dengan seorang kakek yang sedang kelaparan, diberinya kakek itu makan. Ternyata kakek adalah orang sakti yang baik Ia menolong Raden Inu dari burung gagak itu.
Kakek itu memukul burung gagak dengan tongkatnya, dan burung itu menjadi asap. Akhirnya Raden Inu diberitahu dimana Candra Kirana berada, disuruhnya raden itu pergi kedesa dadapan. Setelah berjalan berhari-hari sampailah ia kedesa Dadapan Ia menghampiri sebuah gubuk yang dilihatnya untuk meminta seteguk air karena perbekalannya sudah habis. Tapi ternyata ia sangat terkejut, karena dari balik jendela ia melihatnya tunangannya sedang memasak. Akhirnya sihirnya pun hilang karena perjumpaan dengan Raden Inu. Tetapi pada saat itu muncul nenek pemilik gubuk itu dan putri Candra Kirana memperkenalkan Raden Inu pada nenek. Akhirnya Raden Inu memboyong tunangannya keistana, dan Candra Kirana menceritakan perbuatan Galuh Ajeng pada Baginda Kertamarta.
Baginda minta maaf kepada Candra Kirana dan sebaliknya. Galuh Ajeng mendapat hukuman yang setimpal. Karena takut Galuh Ajeng melarikan diri kehutan, kemudian ia terperosok dan jatuh kedalam jurang. Akhirnya pernikahan Candra kirana dan Raden Inu Kertapatipun berlangsung. Mereka memboyong nenek dadapan yang baik hati itu keistana dan mereka hidup bahagia.

DONGENG MANCANEGARA

Putri Tidur

Karya Brothers Grimm
Dahulu kala, terdapat sebuah negeri yang dipimpin oleh raja yang sangat adil dan bijaksana. Rakyatnya makmur dan tercukupi semua kebutuhannya. Tapi ada satu yang masih terasa kurang. Sang Raja belum dikaruniai keturunan. Setiap hari Raja dan permaisuri selalu berdoa agar dikaruniai seorang anak. Akhirnya, doa Raja dan permaisuri dikabulkan. Setelah 9 bulan mengandung, permaisuri melahirkan seorang anak wanita yang cantik. Raja sangat bahagia, ia mengadakan pesta dan mengundang kerajaan sahabat serta seluruh rakyatnya. Raja juga mengundang 7 penyihir baik untuk memberikan mantera baiknya.
“Jadilah engkau putri yang baik hati”, kata penyihir pertama. “Jadilah engkau putri yang cantik”, kata penyihir kedua. “Jadilah engkau putri yang jujur dan anggun”, kata penyihir ketiga. “Jadilah engkau putri yang pandai berdansa”, kata penyihir keempat. “Jadilah engkau putri yang panda menyanyi,” kata penyihir keenam. Sebelum penyihir ketujuh memberikan mantranya, tiba-tiba pintu istana terbuka. Sang penyihir jahat masuk sambil berteriak, “Mengapa aku tidak diundang ke pesta ini?”.
Penyihir terakhir yang belum sempat memberikan mantranya sempat bersembunyi dibalik tirai. “Karena aku tidak diundang, aku akan mengutuk anakmu. Penyihir tua yang jahat segera mendekati tempat tidur sang putri sambil berkata,”Sang putri akan mati tertusuk jarum pemintal benang, ha ha ha ha…..”. Si penyihir jahat segera pergi setelah mengeluarkan kutukannya.
Para undangan terkejut mendengar kutukan sang penyihir jahat itu. Raja dan permaisuri menangis sedih. Pada saat itu, muncullah penyihir baik yang ketujuh, “Jangan khawatir, aku bisa meringankan kutukan penyihir jahat. Sang putri tidak akan wafat, ia hanya akan tertidur selama 100 tahun setelah terkena jarum pemintal benang, dan ia akan terbangun kembali setelah seorang Pangeran datang padanya”, ujar penyihir ketujuh. Setelah kejadian itu, Raja segera memerintahkan agar semua alat pemintal benang yang ada di negerinya segera dikumpulkan dan dibakar.
Enam belas tahun kemudian, sang putri telah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik dan baik hati. Tidak berapa lama Raja dan Permaisuri melakukan perjalanan ke luar negeri. Sang Putri yang cantik tinggal di istana. Ia berjalan-jalan keluar istana. Ia masuk ke dalam sebuah puri. Di dalam puri itu, ia melihat sebuah kamar yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Ia membuka pintu kamar tersebut dan ternyata di dalam kamar itu, ia melihat seorang nenek sedang memintal benang. Setelah berbicara dengan nenek tua, sang Putri duduk di depan alat pemintal dan mulai memutar alat pemintal itu. Ketika sedang asyik memutar alat pintal, tiba-tiba jari sang Putri tertusuk jarum alat pemintal. Ia menjerit kesakitan dan tersungkur di lantati. “Hi… hi…hi… tamatlah riwayatmu!”, kata sang nenek yang ternyata adalah si penyihir jahat.
Hilangnya sang Putri dan istana membuat khawatir orang tuanya. Semua orang diperintahkan untuk mencari sang Putri. Sang putri pun ditemukan. Tetapi ia dalam keadaan tak sadarkan diri. “Anakku ! malang sekali nasibmu…” rata Raja. Tiba-tiba datanglah penyihir muda yang baik hati. Katanya, “Jangan khawatir, Tuan Putri hanya akan tertidur selama seratus tahun. Tapi, ia tidak akan sendirian. Aku akan menidurkan kalian semua,” lanjutnya sambil menebarkan sihirnya ke seisi istana. Kemudian, penyihir itu menutup istana dengan semak berduri agar tak ada yang bisa masuk ke istana.
Seratus tahun yang panjang pun berlalu. Seorang pangeran dari negeri seberang kebetulan lewat di istana yang tertutup semak berduri itu. Menurut cerita orang desa di sekitar situ, istana itu dihuni oleh seekor naga yang mengerikan. Tentu saja Pangeran tidak percaya begitu saja pada kabar itu. “Akan ku hancurkan naga itu,” kata sang Pangeran. Pangeran pun pergi ke istana. Sesampai di gerbang istana, Pangeran mengeluarkan pedangnya untuk memotong semak belukar yang menghalangi jalan masuk. Namun, setelah dipotong berkali-kali semak itu kembali seperti semula. “Semak apa ini ?” kata Pangeran keheranan. Tiba-tiba muncullah seorang penyihir muda yang baik hati. “Pakailah pedang ini,” katanya sambil memberikan sebuah yang pangkalnya berkilauan.
Dengan pedangnya yang baru, Pangeran berhasil masuk ke istana. “Nah, itu dia menara yang dijaga oleh naga.” Pangeran segera menaiki menara itu. Penyihir jahat melihat kejadian itu melalui bola kristalnya. “Akhirnya kau datang, Pangeran. Kau pun akan terkena kutukan sihirku!” Penyihir jahat itu bergegas naik ke menara. Ia menghadang sang Pangeran. “Hai Pangeran!, jika kau ingin masuk, kau harus mengalahkan aku terlebih dahulu!” teriak si Penhyihir. Dalam sekejap, ia merubah dirinya menjadi seekor naga raksasa yang menakutkan. Ia menyemburkan api yang panas.
Pangeran menghindar dari semburan api itu. Ia menangkis sinar yang terpancar dari mulut naga itu dengan pedangnya. Ketika mengenai pangkal pedang yang berkilau, sinar itu memantul kembali dan mengenai mata sang naga raksasa. Kemudian, dengan secepat kilat, Pangeran melemparkan pedangnya ke arah leher sang naga. “Aaaa….!” Naga itu jatuh terkapar di tanah, dan kembali ke bentuk semula, lalu mati. Begitu tubuh penyihir tua itu lenyap, semak berduri yang selama ini menutupi istana ikut lenyap. Di halaman istana, bunga-bunga mulai bermekaran dan burung-burung berkicau riang. Pangeran terkesima melihat hal itu. Tiba-tiba penyihir muda yang baik hati muncul di hadapan Pangeran.
“Pangeran, engkau telah berhasil menghapus kutukan atas istana ini. Sekarang pergilah ke tempat sang Putri tidur,” katanya. Pangeran menuju ke sebuah ruangan tempat sang Putri tidur. Ia melihat seorang Putri yang cantik jelita dengan pipi semerah mawar yang merekah. “Putri, bukalah matamu,” katanya sambil mengenggam tangan sang Putri. Pangeran mencium pipi sang Putri. Pada saat itu juga, hilanglah kutukan sang Putri. Setelah tertidur selama seratus tahun, sang Putri terbangun dengan kebingungan. “Ah… apa yang terjadi…? Siapa kamu…? Tanyanya. Lalu Pangeran menceritakan semua kejadian yang telah terjadi pada sang Putri.
“Pangeran, kau telah mengalahkan naga yang menyeramkan. Terima kasih Pangeran,” kata sang Putri. Di aula istana, semua orang menunggu kedatangan sang Putri. Ketika melihat sang Putri dalam keadaan sehat, Raja dan Permaisuri sangat bahagia. Mereka sangat berterima kasih pada sang Pangeran yang gagah berani. Kemudian Pangerang berkata, “Paduka Raja, hamba punya satu permohonan. Hamba ingin menikah dengan sang Putri.” Raja pun menyetujuinya. Semua orang ikut bahagia mendengar hal itu. Hari pernikahan sang Putri dan Pangeran pun tiba. Orang berbondong-bondong datang dari seluruh pelosok negeri untuk mengucapkan selamat. Tujuh penyihir yang baik juga datang dengan membawa hadiah.

Sabtu, 30 November 2013

Hari Guru



SELAMAT HARI GURU NASIONAL
PERAYAAN HARI GURU DI SMAN 1 SIBOLGA

SELAMAT HARI GURU UNTUK IBU R. SIMANGUNSONG WALI KELAS KAMI  TERCINTA

Hari guru nasional diperingati pada tanggal 25 Desember 2013 di seluruh sekolah di Indonesia. Termasuk di SMA N 1 Sibolga salah satu sekolah Di kota Sibolga Provinsi Sumatera Utara.Rangkaian acara yang telah dilaksanakan pada peringatan hari guru ini adalah sebagai berikut.

  1.      Pelaksanaan Upacara Bendera.

  2.      Pemberian lencana pita pada setiap guru di SMAN 1 Sibolga


  3.      Acara seluruh siswa maupun siswi di SMA Negeri 1 berjabat tangan dengan guru-guru.




 
  4.      Setiap guru saling berjabat tangan.


Acara di kelas XI IPA 4

1.      Pemotongan kue oleh Ibu R.Simangunsong sebagai wali kelas XI IPA 4



2.      Junindra Duha sebagai ketua kelas XI IPA 4 menyuapkan kue pada ibu R. Simangunsong.


3.      Ibu R. Simangunsong menyuapi setiap siswa XI IPA 4 .




4.      Berfoto berdampingan bersama ibu R.Simangunsong.



 5. Berfoto bersama guru lainnya.